Peluang dan Tantangan ChatGPT dari Sudut Pandang Mahasiswa

Peluang dan Tantangan ChatGPT

Oleh: Fr. Firjinius Firman Sale – Mahasiswa Program Studi Teologi Semester I di Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng

Perkembangan teknologi di zaman modern saat ini telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Kemajuan teknologi di bidang transportasi hingga informasi membuat manusia zaman ini lebih mudah dalam mengerjakan tugas atau pekerjaan sehari-hari. Tetapi juga dapat membawa dampak buruk yang patut diwaspadai. Di era digital yang terus berkembang, teknologi telah mengubah banyak aspek kehidupan kita, termasuk cara kita belajar dan menyelesaikan tugas akademis. Salah satu inovasi yang paling signifikan adalah kecerdasan buatan (AI), khususnya aplikasi seperti ChatGPT. ChatGPT (Generative Pre-Trained Transformer) adalah model kecerdasan buatan yang dikembangkan oleh OpenAI.  Ini diluncurkan oleh OpenAI pada tanggal 30 November 2022 untuk memahami dan menghasilkan teks dalam bentuk percakapan. ChatGPT dapat menjawab pertanyaan, memberikan penjelasan, membantu dalam menyusun tulisan, dan terlibat dalam diskusi yang menawarkan banyak kemudahan yang membantu mahasiswa dalam proses pembuatan tugas.

ChatGPT membuka peluang baru bagi pendidikan di Indonesia dalam proses pengembangan keterampilan mahasiswa di Era Education 4.0. Adanya ChatGPT semakin meningkatkan semangat belajar para generasi muda yang lebih kreatif dalam memperoleh dan mengolah informasi dan mempelajari berbagai hal baru secara cepat dan efisien. Namun, penggunaan teknologi ini juga menimbulkan berbagai isu yang perlu diperhatikan. Kemampuan kecerdasan buataan (AI), terlebih khusus ChatGPT dalam memperoleh informasi juga menimbulkan keresahan dalam dunia pendidikan. Keresahan itu muncul dari para pengajar yang beranggapan bahwa kehadiran ChatGPT dapat menjadi masalah etika dan akademik yang serius dalam dunia Pendidikan.

Dalam tulisan ini, penulis akan membahas bagaimana ChatGPT memengaruhi cara mahasiswa menyelesaikan tugas mereka, manfaat dan tantangan yang dihadapi, serta pentingnya pendekatan yang bijak dalam penggunaannya. Dengan kemampuannya untuk memberikan informasi, menjawab pertanyaan, dan membantu dalam proses belajar, menjadi sumbangan berharga bagi generasi muda yang hidup di era yang serba canggih ini. Namun, penggunaan teknologi ini juga menimbulkan berbagai isu yang penting untuk mendapat perhatian secara signifikan sesuai perkembagan zaman, seperti ketergantungan, etika, dan dampak terhadap kemampuan berpikir kritis.

  1. PELUANG PENGGUNAAN CHATGPT
  2. Kemudahan Akses Informasi

Salah satu keuntungan terbesar dari penggunaan ChatGPT adalah kemudahan akses informasi. Mahasiswa dapat dengan cepat mendapatkan jawaban atas pertanyaan seputar materi kuliah tanpa harus mencari di berbagai sumber. Dengan hanya mengetikkan pertanyaan, mereka bisa mendapatkan penjelasan yang jelas dan ringkas. Hal itu memungkinkan mahasiswa untuk menghemat waktu dalam mencari referensi atau menjawab pertanyaan, sehingga mereka bisa lebih fokus pada proses berpikir dan analisis. Ini sangat membantu, terutama saat tenggat waktu tugas semakin dekat. ChatGPT tidak hanya memberikan jawaban, tetapi juga dapat memberikan ide-ide kreatif yang bisa dijadikan inspirasi dalam pembuatan tugas. Mahasiswa dapat mendiskusikan berbagai topik dan menerima masukan yang dapat memperkaya perspektif mereka. ChatGPT.

  1. Peningkatan Keterlibatan Dalam Proses Belajar

ChatGPT tidak hanya memberikan jawaban, tetapi juga dapat memberikan ide-ide kreatif yang bisa dijadikan inspirasi dalam pembuatan tugas. Mahasiswa dapat mendiskusikan berbagai topik dan menerima masukan yang dapat memperkaya perspektif mereka. Sehingga dapat meningkatkan keterlibatan mahasiswa dalam proses belajar. Dengan adanya asisten virtual ini, mahasiswa merasa lebih terdorong untuk bertanya dan mengeksplorasi lebih dalam mengenai topik yang mereka pelajari. Hal lain bahwa  ChatGPT dapat membantu mahasiswa untuk belajar secara mandiri. Ketika menemui berhadapan dengan tugas yang sulit, mereka tidak lagi bergantung sepenuhnya pada dosen atau buku teks.  Hal ini dapat membangun rasa percaya diri dan kemandirian dalam belajar, yang sangat penting untuk perkembangan akademis mereka.

  1. Peningkatan Keterampilan Bahasa
Baca juga:  Rita Tamuntuan Hadiri Sosialisasi Budaya Baca dan Literasi Pada Satuan Pendidikan Tingkat Menengah, Pendidikan Khusus Serta Masyarakat 2024

ChatGPT memiliki peran yang cukup penting dalam meningkatkan keterampilan bahasa bagi mahasiswa yang memanfaatkannya secara efektif. Mahasiswa dapat melatih kemampuan berbahasa yang baik dan benar, baik dalam konteks pembelajaran bahasa baru atau mengembangakan kemampuan bahasa yang sudah ada. Dalam proses melatih maupun mengembangkan kemampuan bahasa dengan bantuan ChatGPT dapat dilakukan dengan beragam cara, misalnya dengan melakukan percakapan, mengemukakan pertanyaan-pertanyaan atau dengan melakukan debat tentang suatu tema tertentu. Dengan demikian, kemampuan bahasa mahasiswa akan mengalami peningkatan.

  1. TANTANGAN DALAM PENGGUNAAN CHATGP.
  2. Kurangnya Pemikiran Kritis

Penggunaan ChatGPT yang tidak bertanggungjawa dapat menyebabkan dampak pada  lemahnya kemampuan berpikir kritis. Mengapa? Karena sering kali ada kecenderungan untuk menyalin secara mentah jawaban yang diperoleh dari ChatGPT, tanpa membandingkan (compare) dengan jawaban hasil pengetahuan sendiri. Berpikir kritis berarti mampu menganalisis dan mengevaluasi data atau informasi yang diperoleh sampai menemukan hasil yang logis. Jika mahasiswa terlalu bergantung pada AI untuk menjawab pertanyaan atau menyelesaikan tugas, mereka mungkin tidak memperoleh keterampilan dalam kegiatan analisis dan evaluasi secara kritis yang merupakan bagian penting dalam dunia pendidikan.

  1. Etika dan Plagiarisme

Kurang pemikiran kritis yang dimiliki mahasiswa ketika menggunakan ChatGPT dalam pembuatan tugas juga menimbulkan pertanyaan etis. Mahasiswa perlu memahami batasan dalam menggunakan teknologi ini agar tidak terjebak dalam plagiarisme. Jika tidak bijak dalam penggunaan ChatGPT memungkinkan mahasiswa untuk menyalin dan menempelkan jawaban yang dihasilkan oleh ChatGPT ke dalam tugas mereka. Hal ini merupakan salah satu tindakan tidak jujur yang berdampak pada karakter dan akademik mahasiswa. Tindakan plagiarisme juga merupakan pelanggaran hukum dan etika media. Maka edukasi tentang cara menggunakan AI sebagai alat bantu, bukan sebagai pengganti proses belajar, sangat penting untuk menghindari masalah ini.

  1. Kesenjangan Digital

Kesenjangan dalam dunia digital telah nampak bersamaan dengan munculnya teknologi informasi dan komunikasi. Hal itu semakin diperkuat dengan adanya ChatGPT. Karena perlu diakui bahwa tidak semua mahasiswa mempunyai pemahaman yang sama tentang penggunaan teknologi AI (ChatGPT) secara efektif. Lebih spesifik bahwa setiap mahasiswa tidak mempunyai akses yang sama dalam menggunakan(ChatGPT, yang memungkinkan adanya jarak yang memisahkan antara mereka yang memiliki akses dan yang tidak memiliki akses. Sehingga tidak dapat dihindari bahwa hal tersebut menciptakan ketidaksetaraan dalam dunia pendidikan. Ketidaksetaraan itu memungkinkan adanya sikap individualisme  yang dapat memberikan dampak yang kurang baik, misalnya hubungan sosial antara sesama mahasiwa menjadi kurang harmonis karena menganggap dunia digital (ChatGPT) sebagai tempat yang lebih dipercaya kebenarannya.

  1. PERAN PENGAJAR DALAM MENGARAHKAN PENGGUNAAN CHATGPT

Para pengajar memiliki peran penting dalam mengarahkan penggunaan ChatGPT di kalangan mahasiswa. Mereka seharusnya bertindak sebagai penggerak utama yang memberikan pemahaman yang jelas tentang cara memanfaatkan teknologi ini dengan bijak. Hal pokok yang perlu diperhatikan para pengajar adalah tidak melihat ChatGPT sebagai sesuatu yang tidak boleh digunakan dalam dunia pendidikan, tetapi berupaya agar “alat bantu” tersebut mendukung dan meningkatkan semangat belajar mahasiswa untuk semakin kreatif dan kritis. Beberapa hal yang mungkin dapat menjadi bahan pertimbangan para pengajar dalam upaya pemanfaatan ChatGPT dalam dunia pendidikan, antara lain:

  1. Mengedukasi Mahasiswa
Baca juga:  Olly Dondokambey Bangga Disebut Menjadi Momentum Kemajuan OJK Sulutgomalut

Dosen perlu memberikan pengantar tentang apa itu ChatGPT, bagaimana cara kerjanya, dan potensi penggunaannya dalam konteks akademik. Ini termasuk menjelaskan batasan dan kemampuan ChatGPT, serta cara mengaksesnya. Proses edukasi dapat dilengkapi dengan langsung menunjukkan manfaat dan dampak dalam menggunakannya. Dengan demikian mahasiswa tahu menempatkan diri dan membantu mereka dalam menggunakan ChatGPT secara kritis dan bertanggungjawab.

  1. Menyediakan Sumber Daya Alternatif

Selain mengandalkan ChatGPT, dosen juga harus menyediakan sumber daya alternatif yang dapat membantu mahasiswa dalam belajar. Buku, jurnal, dan materi pembelajaran lainnya tetap penting untuk pengembangan pengetahuan yang lebih mendalam. Dosen juga dapat memberikan tugas atau pertanyaan yang harus dijawab dalam dua bentuk, yaitu jawaban berdasarkan pemahaman mandiri dan menggunakan ChatGPT. Sehingga mahasiswa dapat melihat perbandingan dari dua jawaban yang dihasilkan.

  1. Diskusi dan Refleksi

Dosen dapat mengadakan diskusi untuk merefleksikan pengalaman mahasiswa dalam proses mengerjakan tugas. Ini dapat mencakup membahas hasil yang diperoleh, tantangan yang dihadapi, dan bagaimana mereka dapat menarik sebuah kesimpulan kritis mengenai kemampuan pribadi yang dikolaborasikan dengan bantuan  ChatGPT. Hal itu dapat menumbuhkan kesadaran baru dalam diri mereka tentang bagaimana melihat kehadiran ChatGPT dengan sudut pandang yang berbeda dan, kemudian mulai mengembangkan sikap kritis dalam penggunaannya. Dengan demikian, ChatGPT tidak dilihat sebagai penghambat pola pikir kritis mahasiswa, melainkan titik tolak untuk berpikir lebih kritis

KESIMPULAN

Penggunaan ChatGPT dalam pembuatan tugas mahasiswa menawarkan banyak keuntungan, mulai dari kemudahan akses informasi hingga peningkatan keterlibatan dalam proses belajar. Namun, tantangan seperti ketergantungan dan isu etika juga harus dihadapi. Dengan dukungan dan arahan yang tepat dari dosen, mahasiswa dapat menggunakan teknologi ini secara efektif tanpa mengorbankan kemampuan kritis mereka. Pendekatan yang bijak terhadap kehadiran ChatGPT dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih inovatif dan mempersiapkan mahasiswa untuk menghadapi tantangan di dunia yang terus berkembang.

Mari kita manfaatkan teknologi dengan bijak demi kemajuan pendidikan dan kualitas hidup yang lebih baik. Dengan langkah-langkah yang tepat, ChatGPT dapat menjadi alat yang mengubah cara mahasiswa belajar dan menyelesaikan tugas, mendorong mereka untuk mencapai potensi maksimal dalam akademik dan kehidupan profesional mereka. Sejauh mata memandang dan nalar berefleksi bahwa dibutuhkan sikap kritis dan cara pandang yang tepat, agar tidak melunturkan kemampuan berpikir kritis dan mental yang memiliki daya juang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *